Pada zaman dahulu ada seorang pemuda pengembara bernama Idris, adalah
seorang pengembara yang soleh dan taat kepada Allah. Hutan, gunung
serta padang pasir telah dilalui dalam pengembaraannya.
Suatu ketika disaat Idris sedang menyusuri sebuah sungai. Dia merasa
dahaga yang tiada terhingga, karena hari memang sangat panas sekali.
Idris pun kemudian berhenti dipinggir sungai untuk minum dan mencuci
mukanya. “Alhamdulillah….. terimakasih ya Allah, engkau telah memberikan
keselamatan kepadaku dengan air sungai ini”. Tiba-tiba Idris melihat
sesuatu mengapung-apung disungai menuju kearahnya. Tanpa berfikir
panjang Idris pun kemudian mencebur dan mengambilnya yang ternyata
adalah sebuah apel. “Ini mungkin rizki untukku”. Idris kemudian memakan
apel itu. Tetapi disaat apel itu termakan hampir habis, Idris teringat
sesuatu. “Astaghfirullah, Kalau ada buah apel terjatuh, berarti
disekitar sini ada sebuah kebun. Dan bila ada sebuah kebun, mungkin
kebun itu ada yang memiliki. Ya Allah Ampunilah hambamu yang telah
memakan buah ini tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Sebaiknya aku
mencari dimana pemilik kebun dari buah ini.
Idrispun kemudian menyusuri sungai itu tanpa merasa letih. Dan
benarlah, ternyata diujung sebuah hulu sungai ada sebuah kebun apel yang
sangat luas. Idris kemudian mendatangi kebun itu dan mencari
pemiliknya. Disaat Idris sedang mencari tiba-tiba seorang kakek
mengejutkannya.
“Assalamu’alaikum. Sedang mencari apa gerangan anak muda?”
“Waalaikumussalam… Apakah bapak tau siapa pemilik kebun anggur ini?”
“Sayalah pemiliknya. Kenapa ?
“Jadi, jadi pemilik kebun ini adalah bapak sendiri. Oh.. Kebetulan
sekali. Saya minta maaf karena saya telah memakan sebuah apel yang saya
duga berasal dari kebun bapak”.
“Dimana engkau menemukannya anak muda?” tanya kakek itu.
“Disebuah sungai disaat saya sedang minum dan membasuh muka saya”.
Kakek Pemilik kebun apel itu terdiam dan menatap mata Idris dengan
tajam. Idrispun kemudian berkata, “Maafkanlah saya pak, saya siap
menerima hukuman apapun dari bapak. Apapun hukumannya, asalkan bapak
memaafkan saya”.
“Ya, ya ya…. Kalau begitu kau akan menerima hukuman dariku”. Kata kakek itu seraya terus menatap tajam mata Idris.
“Silahkan kek, apa hukuman yang akan aku terima ?”
“Kau harus membersihkan kebunku selama satu bulan penuh”
“Baiklah kek, saya akan menjalankan hukuman itu dengan ikhlas karena Allah” Kata Ahmad sabar.
Demikianlah, berhari-hari Idris membersihkan kebun apel itu dengan
rajin dan senang. Dia berharap dapat menghapus kesalahan yang telah
dilakukannya. Hingga tidak terasa satu bulan penuh Idris telah
menjalankan hukuman. Idrispun kemudian mendatangi pemilik kebun itu.
“Saya telah menjalankan hukuman untuk membersihkan kebun selama satu
bulan penuh. Dan hari ini adalah hari yang terakhir, Apakah ada hukuman
lain untuk menebus kesalahan saya?” Tanya Idris.
“Ada. Aku mempunyai seorang anak gadis bernama Rokayah. Dia buta,
tuli, bisu dan lumpuh. Kau harus menikahinya. Jawab Kakek pemilik kebun
Bukan cuman terkejut, Idris pun gemetar. Tubuhnya berkeringat. Karena
Idris berfikir begitu berat ujian dan hukuman yang dia terima. pemilik
kebun itupun bertanya.
“Kenapa, apakah kau tidak bersedia?” tanya pemilik kebun itu membuat
Idris berfikir. Tidak lama kemudian Idris dapat menguasai diri. Dia
yakin apabila pemilik kebun tidak memaafkannya, maka Allah pun tidak
akan memaafkan kesalahannya yang telah memakan apel yang bukan miliknya.
“Baiklah, saya akan penuhi. Saya ikhlas karena Allah untuk menikahi anak kakek. Jawab Idris.
Dengan kesabaran dan keikhlasan Idris pun kemudian menikahi gadis
pemilik kebun apel. Disaat usai pernikahan, Idris hendak memasuki kamar
pengantin yang didalamnya telah menunggu gadis pemilik kebun apel
“Assalamu’alaikum”…. Ucap Idris seraya membuka tirai kamar.
“Wa’alaikummussalam, Silahkan masuk. Aku telah menunggu sedari tadi” Seorang gadis menjawab dari dalam kamar
Idris terkejut bukan kepalang mendengar jawaban itu.
“Oh, maafkan saya. Mungkin saya salah memasuki kamar ini. Sebenarnya
saya mencari gadis bernama Rokayah. Dia anak pemilik kebun apel”. Kata
Idris bingung.
“Sayalah yang engkau cari”. Jawab gadis itu
“Oh tidak…. Tidak mungkin”.
Idris pun berlalu dengan tergesa meninggalkan gadis itu dan menemui pemilik kebun.
“Sebelumnya maafkan saya yang telah lancang memasuki sebuah kamar
seorang gadis cantik. Tapi… dimanakah sebenarnya kamar Rokayah istri
saya?” Tanya Idris.
“Kau tidak salah. Yang kau masuki memang kamar rokayah anakku
satu-satunya. Dan yang didalam kamar memang anakku. Dialah rokayah”.
“Tetapi kenapa saya tidak melihat dia buta, tuli, bisu dan lumpuh?” Tanya Idris.
“Anakku….. Rokayah memang buta, tuli, bisu dan lumpuh. Tapi yang aku
maksud dia buta, karena dia tidak pernah menggunakan kedua matanya untuk
melihat hal-hal yang buruk. Dia tuli, karena telinganya tidak pernah
digunakan untuk mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang buruk. Dia
bisu, karena dia tidak pernah menggunakan mulutnya untuk berbicara
kotor. Dan dia lumpuh, karena dia tidak pernah berjalan ketempat-tempat
maksiat. Sekarang segeralah kau kembali kekamarnya. Temuilah dia yang
sekarang menjadi istrimu”.
Betapa bahagia Idris yang ternyata mendapatkan seorang istri yang
bukan cantik jelita, namun seorang gadis yang beriman dan taat kepada
Allah.
Sehingga lahirlah Muhammad bin Idris asy-Syafi`i dari buah perkawinan mereka berdua.
sumber :
http://noorx.wordpress.com/2011/02/19/ayah-imam-syafii-dan-apel/